Karakteristik Perkembangan Remaja
1. Makna Remaja
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi :
a) remaja awal 12-15 tahun
b) remaja madya 15-18 tahun
c) remaja akhir 19-22 tahun
Sementara Salzman mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orangtua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Freud memandang bahwa masa anak akhir dan remaja awal merupakan periode yang lebih tenang. Masa ini dinamakan periode “Latency”, ego terbebas dari konflik antara insting seksual dengan norma-norma sosial. Periode ini merupakan saat anak berkonsolidasi untuk mencapai perkembangan ego dan super egonya.
2. Karakteristik perkembangan
a. Perkembangan fisik
Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentangan kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Masa yang pertama terjadi pada fase pranatal dan bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan secara proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar, karena terlebih dahulu mencapai kematangan daripada bagian-bagian yang lain. Hal ini terutama tampak jelas pada hidung, kaki, dan tangan. Pada masa remaja akhir, proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya.
Dalam masa perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder
1) Pada remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis, yaitu pada tahun pertama dan kedua. Kemudian tumbuh secara lebih lambat, dan mencapai ukuran matangnya pada usia 20 atau 21 tahun. Pada remaja wanita, kematangan organ-organ seksnya ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium (indung telur) secara cepat. Ovarium menghasilkan Ova (telur) dan mengeluarkan hormon-homron yang diperlukan untuk kehamilan, menstruasi dan perkembangan seks sekunder. Pada masa inilah (sekitar usia 11-15 tahun) unuk pertama kalinya remaja wanita mengalami “menarche” (menstruasi pertama).
2) Ciri-ciri seks sekunder dapat dilihat pada tabel berikut :
Wanita | Pria |
1.Tumbuh rambut pubik atau bulu kapok di sekitar kemaluan dan ketiak 2. Bertambah besar buah dada 3. Bertambah besarnya pinggul | 1. tumbuh rambut pubik atau bulu kapok di sekitar kemaluan dan ketiak 2. terjadi perubahan suara 3. tumbuh kumis 4. tumbuh gondok laki (jakun) |
b. Perkembangan kognitif (intelektual)
Menurut Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi = kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Remaja secara mental telah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan abstrak. Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaannya mulai dari 12 – 20 tahun. Pada usia 16 tahun berat otak sudah menyamai orang dewasa.
Implikasi pendidikan atau bimbingan dari periode berpikir operasi formal ini adalah perlunya disiapkan program pendidikan atau bimbingan yang memfasilitasi perkembangan kemampuan berpikir siswa (remaja). Upaya yang dapat dilakukan seperti (1) penggunaan metode mengajar yang mendorong anak untuk aktif bertanya, mengemukakan gagasan atau mengujicobakan suatu materi, dan (2) melakukan dialog, diskusi atau curah pedapat dengan siswa.
c. Perkembangan emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama, organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.
Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif, dalam arti kondisinya diwarnai oleh hubungan yang harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung dapat mencapai kematangan emosionalnya.
d. Perkembangan sosial
Pada masa remaja berkembang “social cognition” yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya. Dalam hubungan persahabatan, remaja memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut interes, sikap, nilai, dan kepribadian.
Remaja sebagai bunga dan harapan bangsa serta pemimpin di masa depan sangat diharapkan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang, dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjusment) yang tepat.
e. Perkembangan moral
Mereka sudah mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas seperti kejujuran, keadilan, kesopanan dan kedisiplinan. Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penelitian positif dari orang lain tentang perbuatannya).
Pada umumnya remaja berada pada tingkatan konvensional atau berada dalam tahap ketiga (berperilaku sesuai dengan tuntutan dan harapan kelompok), dan keempat (loyalitas terhadap norma atau peraturan yang berlaku dan diyakininya). Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh faktor penentunya yang beragam juga. Salah satu faktor penentu atau yang mempengaruhi perkembangan moral remaja adalah orangtua.
f. Perkembangan kepribadian
Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari sifat, sikap dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respon individu yang beragam (Pikunas,1976). Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif dan nilai-nilai.
Masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan ”identity” merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa. Sejak masa anak, sudah berkembang kesadaran akan diri dan masa remaja merupakan saat pertama berkembang usahanya yang sadar untuk menjawab pertanyaan ”who am I?”
g. Perkembangan kesadaran beragama
Kemampuan berpikir abstrak remaja memungkinkannya untuk dapat menstransformasikan keyakinan beragamanya. Dia dapat mengapresiasi kualitas keabstrakan Tuhan sebagai yang Maha Adil, Maha Kasih Sayang.
Pada masa remaja awal (13-16 tahun) terjadi perubahan jasmani yang cepat sehingga memungkinkan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan dan kekhawatiran. Bahkan kepercayaan agama yang telah tumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula mengalami kegoncangan. Kepercayaan kepada Tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang menjadi berkurang. Apabila remaja kurang mendapat bimbingan keagamaan dalam keluarga, kondisi keluarga yang kurang harmonis, orangtua yang kurang memberikan kasih sayang dan berteman dengan kelompok sebaya yang kurang menghargai nilai-nilai agama, maka kondisi di atas akan menjadi pemicu berkembangnya sikap remaja yang kurang baik.
Pada masa remaja akhir (17-21) merupakan permulaan masa dewasa, emosinya mulai stabil dan pemikirannya mulai matang (kritis). Dalam kehidupan beragama, remaja sudah mulai melibatkan diri ke dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Remaja sudah dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya. Pengertian ini memungkinkan dia untuk tidak terpengaruh oleh orang-orang yang mengaku beragama, namun tidak melaksanakan ajaran agama atau perilakunya bertentangan dengan nilai agama.
3. Problema remaja
Proses perkembangan remaja tidak selalu berlangsung secara mulus dan steril dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur yang linier, lurus atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut karena banyak faktor yang menghambatnya.
Faktor penghambat ini bisa bersifat internal dan eksternal. Faktor penghambat eksternal yang berasal dari lingkungan. Iklim lingkungan yang tidak kondusif itu seperti ketidakstabilan dalam kehidupan sosial politik, krisis ekonomi, perceraian orangtua, sikap dan perlakuan orangtua yang otoriter atau kurang memberikan kasih sayang dan pelecehan.
|
4. Tugas-tugas perkembangan remaja
Remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman remaja, karena semua krisis normatif yang sebelumnya telah memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas ini. Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya, mereka mungkin akan mengembangkan perilaku yang menyimpang (delinquent), melakukan kriminalitas, atau menutup diri dari masyarakat.
William Kay mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut :
a. menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mempunyai otoritas
c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok
d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri
f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup
g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri kekanak-kanakan.
Kemampuan seseorang untuk menemukan sumber-sumber dan cara-cara untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhannya, dan menuntaskan tugas-tugas perkembangannya merupakan isyarat kunci bagi ketepatan perkembangannya. Upaya mengeksplorasi dan belajar adalah penting untuk bergerak ke arah self-realization. Periode remaja merupakan gerakan berkesinambungan dari masa anak ke masa dewasa.
Dalam membahas tujuan tugas perkembangan remaja, Pikunas (1976) mengemukakan pendapat Luella Cole yang mengklasifikasikannya ke dalam sembilan kategori yaitu :
1) kematangan emosional
2) pemantapan minat-minat heteroseksual
3) kematangan sosial
4) emansipasi dari kontrol keluarga
5) kematangan intelektual
6) memilih pekerjaan
7) menggunakan waktu senggang secara tepat
8) memiliki filsafat hidup
9) identifikasi diri
Mengenai tujuan perkembangan remaja ini selanjutnya dapat disimak dalam tabel berikut.
DARI ARAH | KE ARAH |
KEMATANGAN EMOSIONAL DAN SOSIAL | |
1. Tidak toleran dan bersikap superior 2. kaku dalam bergaul 3. peniruan buta terhadap teman sebaya 4. Kontrol orangtua 5. Perasaan yang tidak jelas tentang dirinya/orang lain 6. Kurang dapat mengendalikan diri dari rasa marah dan sikap permusahannya | 1. Bersikap toleran dan merasa nyaman 2. Luwes dalam bergaul 3. Interdependensi dan mempunyai self-esteem 4. Kontrol diri sendiri 5. Perasaan mau menerima dirinya dan orang lain 6. Mampu menatakan emosinya secara konstruktif dan kreatif |
PERKEMBANGAN HETEROKSEKSUALITAS | |
1. Belum memiliki kesadaran tentang perubahan seksualnya 2. Mengidentifikasi orang lain yang sama jenis kelaminnya 3. Bergaul dengan banyak teman | 1. Menerima identitas seksualnya sebagai pria atau wanita 2. Mempunyai perhatian terhadap jenis kelamin yang berbeda dan bergaul dengannya 3. Memilih teman-teman tertentu |
KEMATANGAN KOGNITIF | |
|
|
FILSAFAT HIDUP | |
|
|
Remaja sebagai segmen dari siklus kehidupan manusia, menurut agama merupakan masa ”starting point” pemberlakuan hukum tasyri bagi seorang insani (mukkalaf). Oleh karena itu remaja sudah seharusnya melaksanakan nilai-nilai agama dalam kehidupannya. Pemikiran ini didasarkan kepada sabda Rasullullah SAW yang artinya : Pena (Pencatat amal) itu diangkat untuk ketiga kategori manusia, yaitu jabang bayi sampai remaja, orang tidur sampai bangun dan orang gila sampai sembuh kembali.”
Dalam mewujudkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, maka remaja seharusnya mengamalkan nilai-nilai akidah, ibadah dan akhlakul karimah. Secara lebih rinci mengenai nilai-nilai tersebut dapat disimak dalam tabel berikut :
NILAI-NILAI AGAMA | PROFIL SIKAP & PERILAKU REMAJA |
A. Akidah (Keyakinan) | 1. Meyakini Allah SWT sebagai pencipta (Khaliq) 2. Meyakini bahwa agama sebagai pedoman hidup 3. Meyakini bahwa Allah Maha Melihat terhadap semua perbuatan (gerak-gerik) manusia 4. Meyakini hari akhirat sebagai hari pembalasan amal manusia di dunia 5. Meyakini bahwa Allah Maha Penyayang dan Pengampun |
B.Ibadah dan akhlaqul Karimah | 1. Melaksanakan ibadah ritual (mahdoh) seperti sholat, puasa dan berdoa 2. Membaca kitab suci dan mendalami isinya 3. Mengendalikan diri (hawa nafsu) dari sikap dan perbutan yang diharamkan Allah SWT 4. Bersikap hormat kepada kedua orang tua dan orang lain 5. Menjalin silaturahmi dengan saudara/orang lain 6. Bersyukur pada saat mendapatkan nikmat 7. Bersabar pada saat mendapatkan musibah 8. Memelihara kebersihan diri dan lingkungan 9. Memiliki etos belajar yang tinggi |