Guru Profesi yang Tidak "Menjanjikan" ( Bag. 2)
Apakah anda berminat menjadi seorang guru? maka penting untuk mengetahui sekelumit kehidupan guru. Sambungan dari artikel saya sebelumnya Guru Profesi yang Tidak "Menjanjikan" ( Bag. 1). Silakan baca dari awal jika punya waktu.
Sekali lagi, kehidupan seorang guru telah berubah dari zaman ke zaman, dahulu begitu dihormati, dipandang sebagai orang yang bijaksana hingga orangyang menjadi tempat bertanya segala permasalahan. Meskipun kita tahu bahwa seorang guru bukanlah manusia super yang bisa tahu segala hal sekaligus.
Setidaknya gambaran tersebut cukup untuk menunjukkan posisi seorang guru dalam masyarakat Indonesia yang memang menjunjung tinggiorang yang layak untuk dihormati. Namun sekarang, guru tidak lebih dari sekadar profesi mengajar di sebuah lembaga pendidikan.
Terlalu banyak faktor jika ditanyakan "kenapa demikian?" Salah satunya adalah penjelasa saya di bagian pertama tulisan ini, yaitu rendahnya penghasilan sebagai seorang guru.
Pada masyarakat sampai berkembang pernyataan "kalau mau kaya jangan jadi guru", akhirnya saya mengerti sekali akan pernyataan ini. Karena memang (hampir) mustahil untuk bisa kaya dengan profesi guru. Jika ada yang kebetulan kaya, maka tidak lebih dari 2 kemungkinan. Pertama, guru tersebut punya usaha sampingan yang menghasilkan lebih banyak sehingga usaha tersebutlah yang menopang finansial sembari "nyambil" sebagai seorang guru. Kedua, memang berasal dari keluarga (orang tua) kaya, sehingga sudah punya aset produktif sembari "nyambil" sebagai seorang guru.
Sebenarnya sudah banyak langkah kebijakan yang diambil pemerintah guna mengatasi hal ini, mulai dari program sertifikasi, insentif dan semacamnya. Namun di lapangan, yang menikmatinya hanya segelintir dan bahkan kurang efektif dari segi hasil kebijakan tersebut. Sebagian besar lainnya hanya bersabar dan menunggu "nasib" untuk bisa merasakan sedikit manisnya profesi tersebut.
Lantas mengapa masih banyak orang yang berprofesi sebagai guru sekarang?
Ada beberapa kemungkinan menurut saya pribadi.
Pertama, memang sudah passion orang tersebut menjadi seorang tenaga pendidik, sehingga dia bisa dengan sabar dengan keadaan yang ada. Jika orang tersebut seorang guru PNS maka lebih mudah lagi.
kedua, terjebak di pekerjaan sebagai seorang guru. Maksudnya adalah ketika seseorang sudah mengambil kuliah di fakultas pendidikan, maka otomatis ijazahnya hanya diakui di dunia pendidikan, tidak di lainnya. Akhirnya yang bisa di tekuni profesi guru saja. Walaupun mungkin dalam hati kecil ada rasa ingin pindah profesi lain, namun berbagai macam pertimbangan membuatnya bertahan dengan profesi guru.
Akhir dari tulisan ini penulis ingin menekankan bahwa profesi guru tidaklah seindah julukan "pahlawan tanpa tanda jasa". Namun Sebagian besar guru memiliki kesabaran luar biasa, khususnya jika dia di posisi kepala keluarga sehingga masih bisa dengan tulus mengabdi pada negeri. Mendidik dan berupaya mencerdaskan generasi penerus walau kadang semakin berat tuntutan zaman.
Semua pihak turut andil dalam pendidikan bangsa ini, namun tidak bisa dipungkiri bahwa gurulah yang menjadi barisan terdepan dalam prosesnya. Untuk itulah hendaknya pemerintah, orang tua, masyarakat, bahkan siswa itu sendiri mulai memikirkan dan bertindak untuk menyelamatkan "guru" ini. Karena bukan mustahil jika keadaan terus seperti ini, anak muda tidak tertarik menjadi guru atau sebatas sampingan saja. Hal ini tentu saja akan berakibat fatal bagi generasi penerus bangsa ini.
Guru Profesi yang Tidak "Menjanjikan" |
Sekali lagi, kehidupan seorang guru telah berubah dari zaman ke zaman, dahulu begitu dihormati, dipandang sebagai orang yang bijaksana hingga orangyang menjadi tempat bertanya segala permasalahan. Meskipun kita tahu bahwa seorang guru bukanlah manusia super yang bisa tahu segala hal sekaligus.
Setidaknya gambaran tersebut cukup untuk menunjukkan posisi seorang guru dalam masyarakat Indonesia yang memang menjunjung tinggiorang yang layak untuk dihormati. Namun sekarang, guru tidak lebih dari sekadar profesi mengajar di sebuah lembaga pendidikan.
Terlalu banyak faktor jika ditanyakan "kenapa demikian?" Salah satunya adalah penjelasa saya di bagian pertama tulisan ini, yaitu rendahnya penghasilan sebagai seorang guru.
Pada masyarakat sampai berkembang pernyataan "kalau mau kaya jangan jadi guru", akhirnya saya mengerti sekali akan pernyataan ini. Karena memang (hampir) mustahil untuk bisa kaya dengan profesi guru. Jika ada yang kebetulan kaya, maka tidak lebih dari 2 kemungkinan. Pertama, guru tersebut punya usaha sampingan yang menghasilkan lebih banyak sehingga usaha tersebutlah yang menopang finansial sembari "nyambil" sebagai seorang guru. Kedua, memang berasal dari keluarga (orang tua) kaya, sehingga sudah punya aset produktif sembari "nyambil" sebagai seorang guru.
Sebenarnya sudah banyak langkah kebijakan yang diambil pemerintah guna mengatasi hal ini, mulai dari program sertifikasi, insentif dan semacamnya. Namun di lapangan, yang menikmatinya hanya segelintir dan bahkan kurang efektif dari segi hasil kebijakan tersebut. Sebagian besar lainnya hanya bersabar dan menunggu "nasib" untuk bisa merasakan sedikit manisnya profesi tersebut.
Lantas mengapa masih banyak orang yang berprofesi sebagai guru sekarang?
Ada beberapa kemungkinan menurut saya pribadi.
Pertama, memang sudah passion orang tersebut menjadi seorang tenaga pendidik, sehingga dia bisa dengan sabar dengan keadaan yang ada. Jika orang tersebut seorang guru PNS maka lebih mudah lagi.
kedua, terjebak di pekerjaan sebagai seorang guru. Maksudnya adalah ketika seseorang sudah mengambil kuliah di fakultas pendidikan, maka otomatis ijazahnya hanya diakui di dunia pendidikan, tidak di lainnya. Akhirnya yang bisa di tekuni profesi guru saja. Walaupun mungkin dalam hati kecil ada rasa ingin pindah profesi lain, namun berbagai macam pertimbangan membuatnya bertahan dengan profesi guru.
Akhir dari tulisan ini penulis ingin menekankan bahwa profesi guru tidaklah seindah julukan "pahlawan tanpa tanda jasa". Namun Sebagian besar guru memiliki kesabaran luar biasa, khususnya jika dia di posisi kepala keluarga sehingga masih bisa dengan tulus mengabdi pada negeri. Mendidik dan berupaya mencerdaskan generasi penerus walau kadang semakin berat tuntutan zaman.
Semua pihak turut andil dalam pendidikan bangsa ini, namun tidak bisa dipungkiri bahwa gurulah yang menjadi barisan terdepan dalam prosesnya. Untuk itulah hendaknya pemerintah, orang tua, masyarakat, bahkan siswa itu sendiri mulai memikirkan dan bertindak untuk menyelamatkan "guru" ini. Karena bukan mustahil jika keadaan terus seperti ini, anak muda tidak tertarik menjadi guru atau sebatas sampingan saja. Hal ini tentu saja akan berakibat fatal bagi generasi penerus bangsa ini.